Wisata Gua Batu Cermin Labuan Bajo

Wisata gua batu cermin adalah salah satu pesona wisata alam di Kota Labuan Bajo. Gua batu cermin menjadi satu spot wisata yang memberikan informasi tentang kehidupan bawah laut masa lalu. Sebelum berkunjung ke sana, berikut beberapa hal yang perlu diketahui tentang spot wisata tersebut.

Lokasi gua batu cermin

Posisi objek wisata gua batu cermin sangat strategis karena letaknya tak jauh dari pusat kota dan juga tidak jauh Bandara Internasional Komodo, Labuan Bajo. Jaraknya sekitar 15 menit berkendara menyusuri jalan beraspal mulus di dalam kota.

Sesampai di lokasi wisata ini, pengunjung akan berjalan kaki menuju pusat spot wisata gua batu cermin. Di kiri-kanan jalan setapak, pengunjung akan melewati rumpun bambu yang melengkung indah dengan hembusan angin sepoi-sepoi.  Jika beruntung, pengunjung juga akan berjumpa dengan kawanan kera ekor panjang.

Tidak sampai 10 menit berjalan kaki, pengunjung akan sampai di ujung jalan setapak dan dihadapkan dengan susunan batu-batu karang besar warna gelap hingga setinggi 70 meter. Demikianlah tampak luar gua batu cermin.

Mengapa disebut gua batu cermin

Sebelum melihat secara langsung gua batu cermin, mungkin ada yang penasaran seperti apa batu cermin tersebut. Mungkin juga membayangkan batu cermin seperti layaknya cermin yang dapat memantulkan gambar ketika sedang berias.

Gua ini disebut gua batu cermin karena bebatuan dinding gua memantulkan cahaya. Pantulan cahaya disebabkan oleh dinding gua yang mengandung banyak garam. Ketika dindingnya mendapat sinar matahari, maka sinar itu akan terpantul. Karena itu, waktu terbaik untuk mengunjungi spot wisata ini adalah Pkl. 09.00 sampai Pkl. 12.00 siang hari. Pada jam-jam tersebut, pengunjung bisa melihat sinar matahai yang memantul di diinding gua.

Sejarah gua batu cermin

Tentang gua batu cermin ini, salah satu hal yang tercatat adalah penelitian arkeologi oleh Theodore Verhoven pada 1951. Arkeolog tersebut adalah seorang imam Katolik berkebangsaan Belanda yang mengajar di Seminari Mataloko. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa  gua batu cermin merupakan bagian dari ekosistem purba bawah laut.

Sebagaimana dilansir Antara, pada tahun 1980-an, gua batu cermin merupakan tempat wisata masyarakat lokal. Belum ada pungutan untuk wisatawan. Dalam perjalanan selanjutnya, pemerintah daerah kemudian menetapkan tarif masuk ke kawasan itu sebesar Rp2.000,-/orang.

Objek wisata ini kian dikenal luas ketika Pemerintah Indonesia menyelenggarakan Sail Komodo di Labuan Bajo pada tahun 2013. Lalu, Labuan Bajo ditetapkan sebagai Bali Baru dan kemudian sebagai destinasi pariwisata superprioritas. Gua batu cermin menjadi salah satu objek wisata yang mendapat perhatian untuk ditata dan dilengkapi berbagai fasilitas penunjang.

Pesona wisata

Gua batu cermin dihiasi dengan stalaktit dan stalagmit bermotif ukiran alami yang terbentuk jutaan tahun lampau. Di dalam gua ada ruang luas dan besar, kira-kira berukuran 200 meter persegi. Uniknya, di langit-langit ruang utama kita bisa menyaksikan relief-relief unik yang menonjol.

Pada salah satu bagiannya terdapat relief berbentuk mirip seperti penyu yang sedang merayap di langit-langit gua. Fosil penyu merupakan salah satu bentuk fosil fauna bawah laut yang memenuhi langit-langit gua. 

Setelah melihat aneka fosil kehidupan bawah laut di ruang utama, pengunjung dapat beranjak ke ruang lain. Ruangan inilah menjadi alasan utama dari nama gua batu cermin tersebut. Terdapat bias sinar matahari yang masuk dari sebuah celah besar dan sangat tinggi, tepat di atas kepada, menerobos masuk sehingga membuat suasana di dalam gua menjadi terang.

Pendaran sinar sang surya yang mengenai dinding batu-batu stalaktit dan stalagmit akan memantul dan tampak berkilauan. Pantulan cahaya itu seperti cahaya yang mengenai cermin. Pantulan tersebut disebabkan oleh karakter batu karang purba. Batuan jenis ini bagus untuk memantulkan sinar dan sekeras apa pun kita berteriak di ruang ini tidak akan menciptakan gema.

Tips wisata

Saat menjelajah gua batu cermin, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti gunakan pakaian kasual dan alas kaki anti slip.

Sebelum memasuki bagian dalam gua, para pemandu akan meminta pengunjung untuk memakai helm keselamatan. Pelindung kepala ini telah disediakan di dekat pintu masuk gua. Pengunjung wajib menggunakan pelindung kepala agar tidak terbentur dengan atap gua yang penuh stalaktit. Apalagi, stalaktit di pintu masuk agak rendah dan lorong untuk masuk pun sangat sempit. Kondisi seperti ini mengharuskan pengunjung berjalan merunduk bahkan sampai sedikit berjongkok dan ekstra hati-hati  ketika menyusuri lororng gua agar tidak terbentur dinding gua atau terperosok.    

Ketika sudah menginjakkan kaki di Labuan Bajo, mampirlah sejenak ke gua batu cermin. Rasakan sensasi pantulan cahaya bagai cermin di dalam perut bumi. Juga, merasakan bagaimana nuansa kehidupan bawah laut pada zaman purba di dalam spot wisata unggulan di pusat kota Labuan Bajo tersebut.

Leave a Comment