Jauh sebelum Labuan Bajo ditetapkan sebagai destinasi superpremium, Desa Wae Rebo sudah menjadi destinasi wisata budaya yang banyak dikunjungi wisatawan asing dan lokal. Dan, banyak hal telah ditulis tentang Wae Rebo. Bahkan foto tentang rumah adat Wae Rebo pernah menyebar ke seluruh dunia melaui kartu pos.
Wisata budaya Wae Rebo juga menjadi pilihan di tengah semakin gencarnya minat wisatawan untuk menikmati berbagai paket wisata yang ada di destinasi pariwisata superprioritas Labuan Labo, Wae Rebo adalah tetap menjadi pilihan terbaik untuk wisata alam dan budaya. Beberapa informasi berikut kiranya dapat memberikan gambaran sekilas sebelum menginjakkan kaki di Wae Rebo.
1. Dimana tempat wisata Wae Rebo
Desa wisata budaya Wae Rebo sering dijuluki sebagai negeri di atas awan. Desa ini berada di pegunungan dengan ketinggial 1200 m di atas permukaan laut. Selain berada di ketinggian, Wae Rebo diapiti oleh pengunungan yang hijau sepanjang tahun.
Secara geografis, Wae Rebo berada di Pulau Flores bagian barat. Wae Rebo berada di sebelah barat daya Kota Ruteng sebagai ibu kota Kabupaten Manggarai. Dan, Desa Wae Rebo menjadi salah satu desa di Kecamatan Satar Mese Barat yang berada di Kabupaten Manggarai. Kabupaten Manggarai sendiri merupakan salah satu kabupaten yang ada di Nusa Tenggara Timur.
2. Sejarah Wae Rebo
Leluhur Wae Rebo diyakini berasal dari keturunan Minangkabau. Dalam tutur lisaan yang diwariskan dari generasi ke generasi, diceritakan bahwa Empo Maro dan Bimbang berlayar dari Minangkabau. Memang, beberapa penulis sejarah Manggarai mencatat bahwa nenek moyang orang Manggarai berasal dari beberapa tempat dan salah satunya adalah Minangkabau.
Dunia luar mengenal Desa wisata budaya Wae Rebo terutama bermula dari informasi dan foto-foto dari seorang peneliti bidang antropogi. Peneliti tersebut berasal dari Inggri dan kini menjadi professor di LSE, Catherine Allerton. Sekitar tahun 1997, foto-foto tentang Wae Rebo dan rumah adat yang berbentuk kerucut tersebar dan dikenal luas melalui kartu pos.
Yori Antar adalah arsitektur yang berjasa untuk konservasi Wae Rebo. Setelah melakukan perjalanan arsitektural ke Pulau Flores pada tahun 2008, Yori Antar bersama warga memugar dan membangun kembali ketujuh rumah adat Wae Rebo. Upaya konservasi ini mendapat apresiasi dari dunia internasional. Misalnya, pada tahun 2013 Wae Rebo mendapat penghargaan dari Aga Khan dalam industri arsitektur.
3. Daya tarik dan keunikan Wae Rebo
Tujuh rumah adat yang eksotis adalah daya tarik dan keunikan Wae Rebo. Rumah adat itu berbentuk kerucut. Secara singkat, rumah berbentuk kerucut itu terdiri dari lima tingkat. yaitu tingkat pertama adalah tenda. Ini adalah ruang bagi penghuninya. Pada tingkat ini ada kamar-kamar bagi penghuni. Tingkat kedua adalah lobo tempat untuk menyimpan barang terutama bahan makanan dan barang-barang lain. Tingkat ketiga adalah lentar yang digunakan untuk menyimpan benih. Tingkat keempat adalah lempa rae, yaitu sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Dan, tingkat kelima adalah hekang kode sebagai tempat sakral untuk menyimpan sesajian.
Selain ketujuh rumah adat itu, daya tarik lain adalah cara hidup masyarakat setempat yang masih mempertahankan tradisi dan kearifan budaya. Jika beruntung, banyak atraksi dan ritual budaya yang dilaksanakan sebagai bagian dari cara hidup masyarakat Wae Rebo, seperti penti (upacara syukur panen) dan tarian caci (pertunjukan seni tradisional).
Di samping wisata budaya, Wae Rebo menawarkan keindahan alam. Pemandangan pegununganan juga memberikan nuansa dan kesegaran tersendiri. Wae Rebo diapiti oleh pegunungan dengan hutan yang hijau sepanjang tahun. Ada berbagai jenis pohon yang tumbuh di pegunungan sekitarnya. Setidaknya, ada 42 jenis pohon dalam ekosistem hutan Wae Rebo.
Selain mendaki gunung menuju wae Rebo, tawaran lain adalah menikmati pantai Pulau Mules. Pulau Mules berada di Laut Sawu dan tidak jauh dari Dintor. Setelah bermalam di Wae Rebo, wisatawan juga dapat menikmati kemolekan pulau kecil yang ada di sebelah selatan pulau Flores tersebut yang juga disebut pulau cantik (Nuca Molas).
4. Wae Rebo warisan budaya UNESCO
Ketika wisata budaya Wae Rebo dikenal dunia luar, banyak pihak yang terpikat dan terpanggil untuk mengunjungi warisan budaya yang masih dihidupi oleh penganutnya. Tidak hanya untuk menikmati keunikan bentuk rumah tersebut, tetapi juga untuk ikut menjaga warisan budaya Wae Rebo.
Wae Rebo telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Pada tahun 2012 rumah kerucut Desa Wae Rebo mendapat penghargaan dari UESCO Asia Pacific Awards for Cultural Conservation. Mbaru niang Wae Rebo mendapat penghargaan tertinggi, yaitu Award of Excellence. Penghargaan ini diberikan sebagai bagian dari upaya untuk melestarikan warisan budaya berbupa bangunan yang berumur lebih dari lima puluh tahun di kawasan asia pasifik.
Wae Rebo termasuk dalam 50 Desa wisata yang mendapat anugerah Desa Wisata Indonesia yang diberikan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dalam ajang itu, Wae Rebo dinobatkan sebagai juara satu ADWI 2021 untuk kategori Daya Tarik Wisata Alam, Budaya dan Buatan.
Pada tahun 2021, Desa Wae Rebo juga menjadi salah satu dari tiga desa yang mewakili Indonesia dalam ajang best tourism village yang di selenggarakan olan UNWTO.
5. Budaya masyarakat Wae Rebo
Keeksotisan 7 mbaru niang memang menjadi Daya tarik pertama desa wae Rebo. Meskipun demikian, 7 mbaru niang itu adalah warisan dan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya masyarakat Wae Rebo.
Wae Rebo merupakan komunitas budaya yang disebut beo. Beo merupakan satu kesatuan independent yang terdiri dari beberapa unsur utama, yaitu gendang, natas labar, compang, wae teku, uma duat dan boa. Unsur-unsur budaya ini saling berhubungan satu dengan yang lain dan tidak terpisahkan. Unsur-unsur inilah yang menjadi warisan budaya yang dihidupi oleh masyarakat Manggarai secara umum, yang juga dihidupi masyarakat Wae Rebo.
Filosofi arsitektur rumah adat juga tidak dipisahkan dari cara pandang masyarakat setempat. Setidaknya, ada tiga nilai yang menjiwai dan diwariskan dalam budaya masyarakat Manggarai, yaitu relasi yang harmonis dengan Wujud Tertinggi dan roh-roh alam, juga relasi yang harmonis dengan alam lingkungan, dan relasi yang harmonis dengan sesama manusia.
Berbagai acara budaya dan ritual juga tidak bisa dipisahkan dari beo. Beberapa acara budaya yang ada antara lain, penti sebagai upacara syukur yang dilaksanan setiap tahun. Juga ada atraksi budaya yang disebut pertunjukan caci. Dan juga, ada sanda dan mbata. Masih banyak acara budaya dan ritual lain dalam budaya setempat.
6. Agama masyarakat Wae Rebo
Masyarakat Wae Rebo beragama Katolik dan agama Katolik merupakan agama mayoritas yang ada di Flores. Agama Katolik sudah masuk ke wilayah manggarai pada tahunn 1912. Melalui karya misionaris, sebagian besar orang Manggarai menjadi katolik. Dan kini, Katolik menjadi bagian dari hidup orang Manggarai.Menariknya, masyarakat wae rebo masih menjaga praktik kearifan leluhur. Sehingga, ada upaya integrasi antara budaya setempat dengan agama Katolik
7. Cara hidup masyarakat Wae Rebo
Desa Wae Rebo menjadi daya tari wisata juga karena cara hidup masyarakat. Masyarakat wae Rebo masih menjaga dan mempertahankan cara hidup yang diwariskan oleh leluhur. Mereka masih hidup dalam kearifan budaya juga terbuka terhadap berbagai perkembangan zaman. Di wae rebo pengunjung akan mengalami sensasi hidup dalam kearifan budaya yang dihidupi oleh masyarakat setempat.
Sebaian besar masyarakat wae Rebo adalah Petani. Salah satu komoditas adalan wae rebot adalah kopi jenis robusta. Kopi robusta in diakui memiliki rasa yang khas sehingga banyak wisatawan ingin merasakan nikmatnya suguhan kopi robusta. Hasil pertanian yang lain adalah kopi, cengkeh dan umbi-umbian.
8. Tips wisata Wae Rebo
Meskipun desa ini berada jauh dari keramain kota, namun kunjungan ke desa ini cukup ramai. Untuk menjangkau Desa Wae Rebo, perjalanan bisa dimulai dari Labuan Bajo atau Ruteng. Perjalanan kesana bisa ditempuh dengan kendadaraan umum atau lebih mudah kalau menggunakan mobil carteran. Perjalanan dengan mobil berakhir di Dintor. Selanjutnya, perjalanan ke sana ditempuh dengan berjalan kaki dan waktu tempuhnya sekitar 3-4 jam.
Wae Rebo telah menjadi destinasi wisata alam budaya. Keunikan dari destinasi ini adalah arsitektur rumah adat yang berbentuk kerucut. Ada tujuh rumah berbentuk kerucut yang ada di Wae Rebo. Ketika mengunjungi Wae Rebo, banyak hal yang akan dijumpai, seperti beberbagai acara budaya, pemandangan alam, dan terutama cara hidup masyarakat yang mempertahankan kearifan lokalnya.