Wisata alam pegunungan Poso Kuwus dapat menjadi pilihan ketika berwisata di Labuan Bajo. Di Poso Kuwus ada banyak pesona wisata alam yang dapat menjadi pilihan untuk wisata alam pegunungan. Berikut ini gambaran umum seputar wisata alam pegunungan Poso Kuwus.
1. Letak geografis
Poso Kuwus memang relatif jauh dari Labuan Bajo, ibu kota dari Kabupaten Manggarai Barat yang tengah disulap menjadi kota pariwisata superpremium. Gunung ini menjadi batas dengan Kabupaten induk, Kabupaten Manggarai.
Dalam wilayah Kabupaten Manggarai Barat, ada dua kecamatan yang berada langsung di Lembah Poso Kuwus, yakni Kecamtan Kuwus (54,55 km2) dengan jarak ke Labuan Bajo 122 Km dan Kuwus Barat (42,66) dengan jarak ke Labuan Bajo 79 Km.
2. Tawaran wisata alam pegunungan Poso Kuwus
Ada banyak tawaran spot wisata di kawasan wisata alam pengunungan Poso Kuwus. Gunung Poso Kuwus merupakan Puncak tertinggi di Kabupaten Manggarai Barat. Selain trekking atau camping ke Puncak Poso Kuwus, di sekitaran Poso Kuwus tersebar berbagai pesona wisata.
2.1. Puncak tertinggi di Manggarai Barat
Poso Kuwus adalah puncak tertinggi di Kabupaten Manggarai Barat. Gunung ini memiliki ketinggian 1.453 meter di atas permukaan laut. Puncaknya berbentuk segitiga sama kaki nan lancip. Kemudian, di sisi kiri dan kanan dihiasi bukit dengan lekukan bak gelombang.
Berada di Puncak Poso Kuwus serasa berada di atas awan. Selain sensasi kesejukan alam, berada di Poso Kuwus juga menjadi saat menimba kearifan lokal dari legenda Poso Kuwus dan Watu Umpu. Juga, panorama dan cara hidup masyarakat di lembah Poso kuwus semakin mememperkaya pengalaman wisata.
Letaknya memang relatif jauh dari Labuan Bajo, ibu kota dari Kabupatenyang Manggarai yang sudah ditetapkan sebagai kota pariwisata superpremium. Namun, Poso Kuwus bagai benteng yang setia melindungi sekaligus menyimpan pesona wisata yang dapat memperkaya destinasi wisata kabupaten yang kian ramai dikunjungi wisatawan.
Poso Kuwus dalam legenda masyarakat setempat tidak bisa dipisahkan dengan Watu Umpu yang berada di Kecamatan welak. Poso Kuwus dan Watu Umpu adalah dua saudara kandung. Poso Kuwuh merupakan kakak dan Watu Umpu adalah adik.
Kedua saudara ini mulanya tinggal serumah. Keseharian mereka adalah bercocok tanam di lereng Poso Kuwus. Sang Kakak sudah berkeluarga, sementara Watu Umpu masih bujang. Sang kakak setiap hari ke kebun. Kemudian, sang adik mulai tergoda dengan kakak iparnya.
Sang kakak ipar mengadu ke Poso Kuwus. Maka, Poso Kuwus mengusir adiknya. Watu Umpu pun pergi meninggalkan kakaknya. Dalam perjalanan itu, beberapa kali Watu Umpu bertanya kepada Poso Kuwus, “Ndo ko toe” yang berarti di sini atau tidak? Beberapa tempat dimana Watu Umpu sempat bertanya kepada kakaknya masih meninggalkan jejak hingga kini, seperti rawa-rawa di kampung Lasang dan gundukan batu besar di Ranggu.
Akhirnya, jarak yang kian jauh membuat keduanya tidak bisa saling mendengar lagi. Ketika pertanyaan sang adik tidak mendapat jawaban, maka berhentilah ia berjalan dan tinggal tempat dimana watu umpu sekarang berada.
2.2. Pesona wisata alam pegunungan di lembah Poso Kuwus
2.2.1. Air terjun
Sebagaimana dilansir Kompas.com, lembah Poso Kuwus menyimpan banyak pesona air terjun, antara lain Sunsa Durang di Kelurahan Nantal, Sunsa Empo Romen di Desa Suka Kiong, Sunsa Murung di Desa Golo Pua, Sunsa Sureng di Desa Benteng Suru, Sunsa Polo di Desa Golo Wedong, Tiwu Peka dann Wae Tai di Desa Ranggu.
Masing-masing air terjun ini memiliki cerita dan keunikannya. Air terjun ini dikenal baik oleh masyarakat setempat. Beberapa diantaranya sudah banyak dikunjungi untuk berekreasi. Bahkan turis manca Negara juga pernah menikmati pesona air terjun di lembah Poso Kuwus, misalnya turis berkebangsaan Hongaria yang pernah mengunjungi Sunsa Polo.
Warga setempat sudah mulai menata dan siap menjadi pemandu bagi pengunjung. Misalnya, kelompok Reba Molah Pata mulai melihat potensi wisata Sunsa sureng dan menata ala kadarnya untuk kenyamanan pengunjung. .
2.2.2. Golo Ruu
Masih berada di deretan tebing yang sama dan berdekatan dengan Sunsa Sureng, pesona wisata alam yang lain adalah Golo Ruu. Dari Golo Ruu, pengunjung dapat melihat lanskap persebaran kampung di lembah Poso Kuwus.
Jika tertarik dengan wisata trekking, Golo Ruu bisa menjadi alternatif. Treking ke Golo Ruu membutuhkan waktu kurang lebih satu jam. Energi yang terkurang akan terbayar dengan pemandangan melihat persebaran kampung di lembah Poso Kuwus, lekukan sungai Wae Impor, dan angin sepoi-sepoi yang menyapa wajah.
Akan tetapi, tempat ini belum dipersiapkan sebagai spot wisata. Beruntung, kelompok Reba Molah Pata siap menemani dan menjadi pemandu lokal untuk Anda.
2.2.3. Lingko lodok, kebun berbentuk sarang laba-laba
Manggarai terkenal dengan pembagian tanah ulayat yang menyerupai jarring laba-laba. Hampir setiap kampung memiliki kebun komunal dengna bentuk yang sama. Salah satu yang persawahan berbentuk lodok yang sudah dikenal luas berada di Cancar.
Tidak jauh dari Cancar, di Lembah Poso Kuwus juga terdapat beberapa lingko yang berbentuk jarring laba-laba. Tradisi pembagian tanah ulayat oleh Komunitas beo di lembah Poso kuwus juga tidak berbeda jauh dari tradisi manggarai secara umumum. Karena itu ada banyak kebun komunal yang berbentuk lodok atau spider web.
Beberapa di antaranya adalah Lodok Tontong di Pata dan lingko Lodok yang berada dekat dengan Gereja Ranggu. Beberapa Lingko Lodok di lembah Poso Kuwus itu berada di pinggir jalan sehingga mudah untuk disinggahi.
2.2.4. Sungai Wae Impor
Sungai Wae Impor merupakan salah satu sungai yang tidak kalah menawarkan sensasi tersendiri. Sungai ini mengalir dari Poso Kuwus dan akhirnya bermuara di Laut Sawu. Di Sepanjang aliran sungai ini beberapa kampung di sekitarnyanya.
Wisata susur sungai juga dapat menjadi peluang untuk wisata di lembah Poso Kuwus. Di sepanjang alirang sungai waei impor ada beberapa objek wisata. Di aliran sungai wae impor ada beberapa lokasi yang cocok untuk arung jeram. Sayangnya, beluma ada warga setempat yang mengelola potensi sungai Wae Impor untuk arung jeram.
Meskipun belum tersedia wisata arung jeram, pengunjung masih bisa menikmati kesegara wae impor dengan merendam atau mandi di kolam alami. Anak-anak kampung di sekitar sungai wae impor dapat menjadi teman dan pemandu untuk mengenal wae impor dari dekat.
2.2.5. Watu Pengang
Watu Pengang merupakan bahasa setempat yang bisa diartikan Batu Bergema. Suara kita akan di Pantul kembali. Puncak watu pengang adala tempat untuk melihat keindahan dari arah timur. Melihat pemandangan sawah dan beberapa kampung di Lembah Poso Kuwus.
Beberapa tahun sebelumnya sudah dimulai sebagai salah satu spot wisata. Watu pengang berada persis di pinggir jalan jalur Golowelu-Ranggu, tidak jauh dari Beo Dadar, Desa Golo Pua.
2.3 Cara hidup masyakarat lembah Poso Kuwus
Lembah poso kuwus memiliki pesona wisata yang menjanjikan. Selain persona alam, cara hidup masyarakat setempat juga layak menjadi pilihan untuk mengenal cara hidup masyarakat lokal. Berikut ini, beberapa gambaran hidup masyarakat di lembah Poso Kuwus yang bisa menjadi pilihan untuk wisata cara hidup masyarakat.
2.3.1. Budaya
Penduduk di Lembah Poso Kuwus dalah orang Manggarai. Seperti orang Manggarai umumnya, penduduk di lembah poso kuwus yang dikenal dengan ata kolang juga mempertahankan Warisan budaya dalam komunitas beo.
Beo terdiri dari beberapa aspek yang menjadi satu kesatuan dan menjadi unsur hakiki terbentuknya beo. Setiap beo pasti memiliki rumah adat (mbaru gendang), halaman di tengah kampung (natas labar), mezbah sesajian (compang), kebun komunal (lingko randang), sumber air-mata air (wae teku), dan pekuburan (boa).
Di dalam Beo, ata kolang menyelenggarakan berbagai ritual budaya, seperti congko longkap, penti, dan lain-lain. Demikian juga tarian dan semua seni tradisional, seperti caci, sanda dan mbaga juga dipentaskan dalam rangkaian acara beo.
2.3.2. Religi, Ranggu sebagai salah satu paroki tua di Manggarai Barat
Penduduk di lembah kolang adalah beragama Katolik. Kekatolikan sedemikian menjadi bagian dari hidup religi Ata Kolang di lembah Poso Kuwus.
Paroki TMK Ranggu merupakan salah satu paroki tua yang ada di Kabupaten Manggarai Barat. Paroki Ranggu merekam kisah bagaimana Gereja Katolik membawa kabar suka cita Injil yang kemudian bertumbuh dan berbekembang bukan lagi sebagai tamu yang dibawa oleh misionaris Eropa tetapi menjadi bagian dari hidup Ata Kolang.
Pada tahun pastoral Pariwisata Holistik dan sebagai bentuk partipasi dalam Festival Golo Koe, Pastor Paroki bersama umat melakukan penataan Gua Maria. Selain sebagai tempat ziarah, Gua Maria ini juga sebagai destinasi wisata religi.
Gua Maria telah ditata sedemikian sehingga memberi kenyamanan bagi siapa saja yang datang berziarah. Menariknya, pada kesempatan berziarah ke gua ini, umat juga akan dimanjakan dengan sawah laba-laba yang ada di sebelah timur Gua Maria.
2.3.3. Penghasil cengkeh di Manggarai Barat
Kecenderungan wisata global dewasa ini adalah wisata berwawasan lingkungan. Salah satu bentuknya adalah agrowisata.
Labuan Bajo yang sudah ditetapkan sebagai destinasi superpremium juga memiliki potensi untuk mengembangkan agrowisata. Meskipun produksi cengkeh di Destinasi Superprioritas Labuan Bajo Flores tidak sebanding dengan produksi cengkeh di daerah lain, namun daya tarik wisata superpremiun menjadi peluang untuk diplomasi rempah cengkeh ke pada wisatawan global.
Relatif dekat dari Labuan Bajo, Kecamatan Kuwus berpotensi untuk agrowisata rempah cengkeh. Kecamatan Kuwus merupakan penghasil cengkeh terbesar di Kabupaten Manggarai Barat. Produksi cengkeh Kabupaten Manggarai Barat sebagian besar (50-an%) berada di Kecamatan Kuwus.
2.3.4. Penghasil kopi di Manggarai Barat
Usaha kopi sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat Manggarai. Kopi adalah tentang hidup orang Manggarai. Jauh sebelum gula toko dikenal masyarakat Manggarai, orang manggarai sudah terbiasa minum kopi tanpa gula. Bahkan tradisi minum kopi pahit masih ada sampai sekarang.
Lembah Poso Kuwus adalah salah satu wilayah penghasil Kopi di Manggarai. 5 kecamatan dengan produksi kopi terbesar di Manggarai Barat, adalah Welak, Ndoso, Kuwus, Kuwus Barat, dan Mbeliling.
Produksi kopi di Manggarai Barat berkontribusi untuk produk regional bruto. Sebagai gambaran, produksi tanaman perkebunan kopi di Manggarai Barat pada tahun 2020 adalah sebesar 1.731 ton. Memang ada penurunan sebesar 285,96 ton (14,17 persen) jika dibandingkan dengan produksi tahun 2019 yaitu sebesar 2.016, 96 ton.
2.3.5. Memiliki tradisi pante
Gula merah banyak diproduksi di Indonesia. Bahkan, Indonesia merupakan salah satu negara eksportir mengekspor gula merah. Gula merah di Indonesia diproduksi dari pohon aren dan pohon kelapa.
Di Labuan Bajo yang kini menjadi kota pariwisata, juga tersedia gula Gula merah. Gula merah tersedia dalam bentuk batangan dan gula semut. Gula merah di Labuan Bajo diproduksi dari air nira pohon aren.
Di Labuan Bajo, gula merah sering juga disebut gola kolang. Sebelum mengenal ’gula toko’, penduduk lokal mengandalkan gula merah. Gola Kolang dihasilkan dalam nuansa budaya yang kental.
Sebutan ini merujuk daerah yang memiliki tradisi pante, yaiturangkaian proses produksi gula merah yang diwariskan dari generasi ke generasi. Prosesnya dimulai dengan merayu pohon nira dengan landu oleh sipetani aren. Juga istilah yang digunakan berkaitan erat dengan kehidupan dan pandangan masyarakat lokal tentang kehidupan.
Selain menghasilkan gula aren, tadisi pante juga merupakan proses untuk menghasilkan minum tradisional yang beralkohol yang dikenal dengan sebutan sopi. Air nira dimasak dan disuling secara tradisional untuk menghasilkan minuman dengan kadar alkohol tertentu.
2.3.6. Makanan tradisional
Ciri khas makanan tradisional Manggarai adalah pengolahan tanpa minyak dan pengawet makanan yang syarat unsur kimiawi. Maka, makanan tradisional yang ada menjadi kuliner yang unik di tengah kuliner yang dibanjiri penggunaan minyak goreng dan bumbu masakan yang dengan unsur kimia tertentu.
Berikut ini beberapa makanan tradisional yang dapat dimiliki masyarakat dan ditemui di seputaran lembah Poso Kuwus.
- Rebok
Cemilah khas masyarakat Manggarai adalah rebok. Ada dua jenis bahan dasar Rebok, yaitu jagung yang juga biasa disebut siki seko dan beras. Pengolahan rebok yang berbahan dasar jagung relatif lebih mudah ketimbang rebok dengan bahan baku beras. Rebok menjadi cemilan ketika menikmati kopi.
- Sobol
Sobol terbuat dari tepung ubi kayu atau singkong. Untuk mengukus adonan, penduduk setempat menggunakan periuk dari tanah liat dan wadah bambu. Adonan sobol dimasukkan ke dalam bambu, lalu bambu itu dilekatnya di atas periuk tersebut. Jika sobolnya sudah berwarna kecoklatan sobol sudah matang dan siap disajikan.
- Lomak
Lomak adalah sejenis sayuran rumpu rampe khas Manggarai. Lomak ini merupakan sayuran yang biasaya didominasi oleh daun papaya dan singkong. Masakan tradisional ini membutuhkan kelapa atau kemiri. Daun kelapa direbus terlebih dahulu, kemudian ditiris. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam wajam bersama parutan kelapa atau kemiri. Selanjutnya, dioseng hingga matang.
- Pelmara
Pelmara adalah masakan tradisional yang diolah dari campuran darah, organ bagian dalam hewan yang disembelih, sayuran yang dicincang, seperti jantung pisang, daun singkong,dan beberapa jenis daun yang diambil dari alam. Kemudian, dimasak bersamaan hingga matang. Kini, kadang ditambahi bumbu tertentu.
- Serabe
Serabe biasanya dibuat untuk menjamu tamu ketika menyelenggarakan acara besar. Serabe dihidangkan bersama kopi. Bahan dasar Serabe adalah tepung beras. Kadang juga ada yang menggunakan tapioka atau tepung gandum. Hanya, umumya beras menjadi pilihan pertama.
3. Destinasi terdekat
3.1. Labuan Bajo
Labuan Bajo telah menjadi tempat wisata baru yang menjadi incaran wisataawan beberapa tahun terakhir. Ada yang mengatakan bahwa Labuan bajo merupakan surga tersembunyi di ujung barat pulau Flores. Labuan Bajo memiliki tawaran wisata yang tak kunjung habis. Sehingga tidak heran, kalau orang menghabiskan liburan di Labuan Bajo.
Kini Labuan Bajo menjadi tujuan utama wisatawan dan industri pariwisata berkembang pesat. Pengembangan destinasi pariwisata sangat intensif sejak ditetapkan sebagai destinasi superprioritas dan superpremium. Bahkan Labuan Bajo diarahkan untuk menjadi destinasi wisata kelas dunia.
Untuk melihat hewan langka komodo dari dekat, hewan purba yang hanya ada di Taman Nasional Komodo, Labuan Bajo menjadi pintu masuk utama.Taman Nasional Komodo didirikan pada tahun 1980. Kemudian, Taman Nasional Komodo terdaftar sebagai situs warisan dunia UNESCO pada tahun 1991.
Labuan Bajo terutama dikenal karena pesona wisata Taman Nasional Komodo. Sensai magis hewan purba komodo memikat banya orang untuk berkunjung. Ada ribuan hewan komodo yang tersebar di beberapa pulau. Ketika mengungji taman nasional komdo, pengunjunga akan disuguhi aneka jenis flora dan faunal. Ada sekitar 277 spesies lain yang hidup di dalam kawasan.
Destinasi Labuan bajo juga menawarkan pemandangan indah di bawah laut. Taman nasional komodo juga menjadi tempat diving terbaik. Bakan taman ini menjadi jantung terumbu karang asia pasifik. Ada sekitar 253 spesies karang pembentuk terumbu karang dan 1000 sepesies ikan.
Selain hewan purba komodo dan wisata bahari, Labuan bajo juga memiliki pemandangan yang mengesankan. View pulau padar, lembutnya pasir di pantai pink adalah hal lain yang menjadi daya tarik Labuan Bajo. Masih banyak tawaran keindahan lain yang akan memanjakan wisatawan yang berkunjung ke Labuan Bajo.
Di kota Labuan bajo sendiri, ada beberapa tempat wisata. Jika ini penasaran untuk tentang perut perut Bumi, berkunjunglah di Gua batu cermin. Gua Batu Cermin menyuguhkan pemadangan yang indah yang terbentuk secara alami pada ribuan tahun silam. Di alam gua itu, cahaya masuk melalui rongga di puncak bukit terpacar bagaikan cermin.
Selain menikmati nuansa perut bumi, di Kota Labuan Bajo juga menarkan pemandangan bukit yang layak dinikmati pada pagi dan senja hari. Puncak Waringin yang telah dipole sedemikian indah adalah spot wisata untuk menikmati sunset di Labuan Bajo. Sudah dibangun berbagai fasilitas yang memanjakan pengunjung di tempat ini.
3.2. Istana ular
Istana ular ini berjarak sekitar 76 Km dari kota Labuan Bajo. Spot wisata ini persisnya berada di Desa Galang, Kecamatan Welak. Dari pusat Desa Galang, istana ular berjarak kurang lebih 3,5 KM dan dari Kampung Weto sekitar 500 meter.
Istana ular adalah gua alami dengan lorong yang sangat panjang. Konon, ada ular putih ukuran besar yang disebut-sebut sebagai raja dari ular-ular di sana. Di dalam istana ular, ada berbagai macam jenis ular dengan ukuran dan warna berbeda-beda, ada yang warna hitam, hijau, putih, belang-belang, coklat.
Mengutip Antara, diperkirakan dari pintu masuk sampai ke pintu keluar sekitar lima kilo meter. Gua istana ular memang pengap dan berawa-rawa. Dengan kondisi gua yang panjang, pengap dan rawa, gua ini juga menjadi habitat untuk kelelawar, mangsa bagi ular di situ.
Istina ular gencar dipromosikan mulai pada tahun 2017. Wisata gua istana ular dikembangkan menjadi wisata minat khusus yang menawarkan sensasi dan pengalaman berbeda. Sebagai destinasi wisata, tempat ini mulai ditata dengan menyediakan fasilitas penunjang.
Untuk mencapai spot wisata ini, pengunjung menempuh perjalanan 2-3 jam dari Labuan bajo. Selah tiba di desa Galang perjalanan tinggal kurang lebih 20 menit hingga tiba di mulut gua.
3.3. Kota Ruteng
Ruteng merupakan ibu kota Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Sebelum Labuan Bajo dan Borong, Ruteng menjadi satu-satunya pusat pemerintahan di Manggarai Raya. Kemudian dimekarkan dengan dua kabupaten pemekaran yaitu Manggarai Barat dan Manggarai Timur.
Kota Ruteng ditata cukup rapi yang merupakan warisan Eropa. Kota ruteng dibangun pada tahun 1903 dengan jalan yang ditata sedemikian rapi dibawah kendali Controleur Belanda, Willem Colhas. Nuansa Eropa sangat terasa terutama dari penataan kota dan beberapa bangunan tua yang masih tersisa. Misalnya, Gereja Katedral lama yang berada di tengah-tengah kota. Gereja ini dibangun oleh misionaris Eropa dan hingga kini keaslian arsitektur Eropa tetap dipertahankan.
Kota ini berada di ketinggian. Ruteng berada di atas ketinggian 1.200 m diatas permukaan laut. Pada musim kemarau suhu ruteng bisa berada di bawah 10c. Sekalipun cuaca cukup terik, udara tetap terasa sejuk.
Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah dengan intensitas hujan yang sangat kecil. Namun, Ruteng dan Manggarai memiliki curah hujan tinggi. Intesitas hujan di kota Ruteng adalah 3,340 mm/tahun. Suhunya berkisar 13-25 dan tingkat kelembaban 90 %. Karena itu, kota Ruteng juga sering dijuluki dengan kota hujan di Flores.
Dengan sejarah perkembangan dan sumbangsih Gereja Katolik untuk perkembangan wilayah Manggarai, Ruteng dapat menawarkan wisata religi. Ruteng adalah saksi bagaimana misionaris Eropa datang membangun daerah yang jauh dari kampung halamannya.
Selain wista Religi, Ruteng juga menjadi kota untuk menghidupi bagaimana tradisi budaya bertahan di tengah perkembangan kota. Di ruteng, beberapa komunitas beo masih mempertahankan warisan leluhur seperti keberadaan rumah ada beserta unsur-unsur terkait keberadaan beo sebagai komunitas yang menjaga dan menghidupi warisan lelur budaya Manggarai.
Selain wisata religi dan budaya, kota Ruteng menjadi kota transit sebelum mengunjungi spot wisata di sekitar Ruteng. Dari Ruteng, pengunjung dapat menjangkau Desa Wisata Wae Rebo, Sawah jaring laba-laba, atau situs Liang Bua.
Situs Liang Bua adalah situs arkeologi dan sejarah di mana beberapa tahun silam dunia digemparkan dengan penemuan fosil homo florensiensis atau yang dikenal hobbit dari flores. Sementara Wae Rebo sudah dikenal luas sebagai desa wisata budaya dengan keberadaan rumah adat berbentuk kerucut dan lingko Lodok Cancar adalah hamparan sawah yang berbentuk jaring laba-laba.
Di sisi selatan kota dilatari oleh pegunungan dengan hutan tropis. Dalam kawasan hutan ini, pengunjung dapat mengenal flora dan fauna endemic di Manggarai
4. Kesiapan layanan wisata alam pegunungan Poso Kuwus
4.1. Atraksi wisata alam pegunungan Poso Kuwus
Wisata alam pegunungan Poso Kuwus menawarkan atraksi wisata alam pegunungan. Sebagaimana dilansir Kompas.com, lembah Poso Kuwus menyimpan banyak pesona air terjun. Adapun air terjun tersebut, antara lain Sunsa Durang di Kelurahan Nantal, Sunsa Empo Romen di Desa Suka Kiong, Sunsa Murung di Desa Golo Pua, Sunsa Sureng di Desa Benteng Suru, Sunsa Polo di Desa Golo Wedong, Tiwu Peka dann Wae Tai di Desa Ranggu.
Selain susur sungai dan trekking, aktrasksi lain adalah pemandangan alam di Poso Kuwus. Poso Kuwus adalah puncak tertinggi di Kabupaten Manggarai Barat dengan ketinggian ketinggian 1.453 meter di atas permukaan laut.
Lembah Poso Kuwus juga menjadi destinasi wisata untuk mengenal cara hidup suatu komunitas budaya. Di lembah Poso Kuwus, wisatawan dapat merasakan secara langsung hidup bersama dan mengalami berbagai aktivitas, seperti trasisi pante, bagaimana mengolah air nira menjadi gula merah dan minuman beralkohol.
Juga menikmati aktraksi budaya yang masih terawat di setiap kampung. Masyarakat di lembah Poso Kuwus adalah orang Manggarai. Beo adalah komunitas asali budaya Manggarai. Perayaan dan ritual budaya, seperti congko longkap dan penti juga dilaksanakan dalam dan tak terpisahkan dengan beo. Demikian juga tarian dan semua seni tradisional, seperti caci, sanda dan mbaga juga dipentaskan dalam rangkaian acara beo.
4.2. Aksesibilitas, fasilitas dan layanan pendukung
Untuk aksesibilitas wisata alam pegunungan Poso Kuwus belum cukup memadai. Kabar baiknya adalah akses transportasi sudah dibuka. Meskipun di beberapa titik masih buruk, tetapi dan dari tahun-tahun ada peningkatan kualitas jalan oleh pemerintah setempat. Jaringan komunikasi juga sudah lancar.
Untuk menjangkau wisata alam pegunungan Poso Kuwus, pengunjung dapat melalui jalur Cancar-Golowolu-Ranggu dengan waktu tempuh kurang lebih satu jam tiga puluh menit. Pilihan lain adalah berangkat dari Labuan Bajo-Orong-Ranggu dengan waktu tempuh kurang lebih 3 jam.
Orang muda di Desa Benteng Suru sudah berinisiatif untuk menjadikan Poso Kuwus sebagai salah satu destinasi wisata. Misalnya, mereka sudah beberapa kali melaku trekking ke Puncak Poso Kuwus.Sebelumya, mereka memaknai hari Kemerdekaan dengan menggali potensi wisata dengan mengalami sensasi poso kuwus yang merupakan puncak tertinggi di Kabupaten Manggarai Barat.
Leonardus Agung, Pegiat Pendidikan PAUD di Desa Benteng Suru, berharap masyarakat setempat proaktif untuk mempromosikan potensi wisata Poso Kuwus. Generasi muda yang memiliki hati untuk pengembangan wisata didukung penuh oleh berbagai pihak. Mereka perlu didampingi untuk mengemas potensi wisata di Poso Kuwus.
Meskipun potensi wisata alam pegunungan Poso Kuwus belum banyak dikunjungi dan pengembangan wisata belum terlihat, hal itu tidak akan tergantikan dengan nuansa alam dan keramahan warga setempat.