Makanan Tradisional Khas Flores

Makanan tradisional khas Flores adalah kekayaan tradisi yang ada dalam kawasan wisata super prioritas Labuan Bajo. Kawasan pariwisata super prioritas Labuan Bajo mencakupi Kabupaten Bima hingga Kabupaten Alor. Kawasan tersebut terdiri dari beragam budaya dengan warisan makanan tradisional khas yang dimiliki masing-masing. Beberapa makanan tradisional khas berikut menggambarkan kekayaan wisata kuliner yang tersebar dari Manggarai hingga Alor.

Makanan Tradisional Kue Rambut, Alor

Jawada atau kue rambut merupakan makanan khas Alor. Kue ini berbentuk unik seperti bihun kering dan bergelombang seperti rambut keriting. Kue ini rasanya manis dan renyah. Makanan tradisional khas Alor ini terbuat dari campuran tepung beras, gula aren, santan, air nira, garam dan minyak. Resep khas ini dijadikan sebagai adonan yang sedemikian disesuaikan agar tidak terlalu encer atau kental.

Cetakan kue rambut terbuat dari batok kelapa yang dilubangi kecil-kecil. Selain itu, cetakan kue jawada bisa dibuat dari kaleng bekas dimana bagian bawah kaleng tersebut dilubangi.

Adonan yang telah disiapkan digoreng dalam minyak yang sudah panas. Adapun tekhnik untuk menghasilkan makanan tradisional khas Alor tersebut adalah adonan dituangkan melalui cetakan sambil digoyangkan sehingga terbentuk kue seperti rambut dengan lapisan tipis.

Makanan khas Flores Timur, jagung titi

Ada banyak makanan khas yang diolah dari jagung. Salah satu olahan jagung yang menjadi makanan tradisional khas Flores dari Flores Timur adalah jagung titi. Jagung titi biasanya disajikan untuk tamu, cemilan ketika menikmati waktu santai, bekal dalam perjalanan jauh dan juga sebagai oleh-oleh .

Jagung titi diolah  secara tradisional. Jagung yang digunakan adalah jagung pulut, bertekstur empuk dan lengket. Terlebih dahulu, jagung direndam dan kemudian ditiriskan. Lalu, jagung disangrai dalam periuk tanah (tembikar) hingga setengah matang. Selanjutnya, sedikit demi sedikit diangkat untuk ditempa (di-titi) menggunakan batu hingga berbentuk pipih menyerupai emping.

Lekun dari Kabupaten Sikka

Lekun merupakan salah satu makanan tradisional khas dari Maumere Timur, Kabupaten Sikka. Lazimnya, lekun dihidangkan saat acara budaya, seperti pernikahan adat. Akan tetapi, lekun juga sudah banyak dijual dan sebagai oleh-oleh. Kue lekun menjadi teman untuk kopi pagi atau sore.

Kue lekun berbahan dasar beras ketan hitam dan beras putih yang digiling. Selanjutnya, tepung beras dicampur dengan santan kental, gula, dan air panas. Lalu, adonan tersebut dimasukkan ke dalam wadah bambu untuk dibakar denga api sedang agar bambu tidak cepat hangus dan matangnya merata.

Filu dari Suku Lio

Filu adalah makan tradisional khas dari etnis Lio di Kabupaten Sikka. Filu berbahan dasar tepung beras. Tepung beras dimasukkan ke dalam cairan gula pasir atau gula aren. Bahan-bahan disatukan dan diaduk hingga merata dan kenyal. Kemudian, adonan digoreng dimana adanon dimasukkan sedikit demi sedikit sambil dibentuk sesuai selera dengan lidi atau kayu kecil. Ukuran dan bentuk filu tergantung keinginan.

Uwi ndota dari Kabupaten Ende

Di Flores, Ende terkenal sebagai daerah penghasil ubi dengan cita rasa yang enak.  Salah satu olahan ubi yang menjadi makanan tradisional khas Ende adalah uwi ndota.

Uwi ndota diolah dari dari ubi dengan kualitas yang baik. Untuk membuat uwi ndota, terlebih dahulu ubi dikupas dan kemudian dipotong-potong  dan dicincang. Ubi yang sudah dicincang selanjutnya diperas hingga airnya keluar. Ubi yang telah diperas tersebut dikukus hingga matang.

Muku loto, Nagekeo

Muku loto merupakan makanan tradisional khas dari Nagekeo. Muku loto biasa disajikan saat pesta budaya, seperti acara perkawinan.

Muku loto dibuat dari pisang mentah dimana kulit hijaunya dikupas higga tinggal kulit yang melekat pada daging buah. Kemudian pisang dicincang dengan ketebalan kurang lebih 3 cm. Kemudian direbus bersama daging babi atau sapi. Ketika sudah sudah matang, masakan itu diaduk dengan batang pisang hingga mengental.

Sui wu’u: makanan tradisional khas dari Ngadha

Sui wu’u adalah daging yang diawetkan dengan menggunakan tepung jagung dan garam yang disimpan dalam wadah bambu. Daging yang telah dicampur dengan garam dan tepung jagung tersebut diawetkan dalam waktu yang relatif lama. Idealnya sui wu’u dimakan setelah disimpan selama enam bulan.

Adapun proses pembuatannya adalah daging dipotong kecil-kecil dan kemudian dicampur dengan garam dan tepung jagung. Bagian daging yang biasa digunakan untuk sui wu’u adalah bagian lemak. Kelezatannya adalah tepung jagung yang dicampur dengan daging.

Serabe dari Manggarai

Dari Manggarai, juga ada cemilan yang layak dicoba, yaitu serabe. Beberapa tempat di Manggarai menyebutnya kukih (s). Serabe biasanya dibuat untuk menjamu tamu ketika menyelenggarakan acara besar. Namun, ada juga yang sudah mulai membuat serabe untuk dijual.

Bahan dasar serabe adalah tepung beras. Kadang juga ada yang menggunakan tapioka. Hanya, umumya beras menjadi pilihan pertama. Tepung beras dicampur dengan air nira dan diaduk hingga merata. Kemudian, adonan didiamkan beberapa saat sebelum digoreng.  Selanjurnya, adonan digoreng dengan minyak yang relatif sedikit. Adonan dituangkan sedikit demi sedikit sehingga terbentuk kue yang bulat.

Berkembangnya pariwisata di kawasan ini memberikan peluang bagi ibu rumah tangga untuk menampilkan makanan tradisional khas yang ada dalam kawasan. Dan, sudah ada kaum perempuan yang berinisiatif dan berkreasi menawarkan kepada khalayak dengan variasi tertentu. Misalnya, adonan diperkaya dengan berbagai  jenis penyedap rasa  yang sejalan dengan perkembangan kuliner. Namun demikian, bahan dasar dan rasa utama tetap dipertahakan sehingga menjadi tawaran yang unik di tengah perkembangan kuliner modern.

Leave a Comment