Danau Tiga Warna Kelimutu, Sensasi Magis  Suku Lio Flores

Kepercayaan Suku Lio

Danau tiga warna memiliki relasi yang kuat berhungan dengan Suku Lio. Suku Lio merupakan salah satu suku di Kabupaten Ende yang kebanyakan tersebar di daerah pegunungan dan sebagiannya tersebar di wilayah bagian timur, pantai selatan Kabupaten Ende. Suku Lio yang hidup di sekitar Taman Nasional Kelimutu hidup secara harmonis dengan alam yang jelas tergambar dariperayaan-perayaan budaya.

Orang Lio Meyakini bahwa ada penguasa yang berkuasa atas kawah danau Kelimutu yang disebut Ratu Konde. Danau kelimutu dipercaya sebagai tempat tinggal arwah leluhur. Dalam  kepercayaan penduduk sekitar, 3 kawah di puncak gunung kelimutu merupakan tempat tinggal arwah. Usia dan perilku selama hidup akan menentukan tempat semayam arwah.

Kawah Tiwu Ata Mbupu yang biasanya berwarna biru merupakan tempat bersemayam orang tua. Luas danau ini kurang lebih 4,5 hektar. Kemudian, Tiwu ata polo yang biasanya berwarna merah merupakan tempat bersemayamnya arwah orang yang berperilaku buruk, meninggalt idak wajar. Luasnya kerurang lebih 4 hektar dengan kedalaman dangkal 64 meter. Dan, Tiwu Nuwa Muri Koo Fai yang biasanya berwarna hijau merupakan tempat arwah bagi muuda-mudi. Luasnya sekitar 5,5 hektar.

Berhubungan erat dengan kepercayaan masyarakat Lio, salah satu upacara budaya yang dijalankan adalah Pati Ka Doá Bapu Ata Mata, yaitu ritual memberikan makan arwah leluhur di Situs Pati Ka yang dipimpin oleh mosalaki. Persembahan yang disiapkan ayam dan dan sirih pinang untuk penunggu kelimutu dan leluhur. Pada acara  ritual ini ada juga makan bersama dan tarian gawi bersama.

Mitos Danau Tiga Warna Kelimutu

Konon, sepasang muda mudi yang merupakan anak yatim minta perlindungan kepada Ata Bupu. Ata Bupu adalah seorang tokoh yang dihormati karena sifatnya yang berbelas kasih. Permintaan kedua anaka yatim itu dikabulkan dengan syarat mereka harus tetap tinggal di areal ladangnya.

Sementara itu, ada seorang penyihir jahat yang suka memangsa manusia bernama Ata Polo. Ata Polo dan Ata Bupu berteman baik. Pada satu hari Ata Polo datang menjenguk Ata Bupu di ladangnya. Setibanya di ladang Ata Bupu, Ata Polo mencium bau manusia. Ata Polo masuk ke pondok dan mencari manusia yang ada dalam pondok. Namun, niat itu ditahan oleh Ata Bupu sambil menyarankankan untuk datang kembali setelah anak-anak tersebut sudah dewasa. Ata Polo menerima saran itu.

Ketika kedua anak itu beranjak dewasa, merea memohon izin kepada Ata Bupu untuk mencari tempat peresembunyian. Mereka berhasil menemukan gua yang terlindung dari tububuhan rotan dan akar beringin.

Ketika Ata Polo kembali untuk memangsa kedua remaja itu, dia murka kepada Ata Bupu karena dikhiantai. Terjadilan pertarungan hebat diantara keduanya. Pertanungan itu menimbulkan gempa bumi dan kebakaran hebat hingga kaki gunung Kelimtu. Ata Bupu yang sudah tua kian lemah, sementara serangan dari Ata Polo semakin gencar.

Ketika merasa tak mampu lagi menandingi kekuatan Ata Polo, Ata Bupu memutuskan untuk raib ke perut bumi. Ata Polo semkian menggila. Akhirnya, Ata Polo juga raib ke perut bumi. Demikian juga gua tempat persembunyian kedua remaja tadi raib ke perut bumi.

Dengan demikian, terbentuklah tiga kawah. Kawah Tiwu Ata Mbupu merupakan tempat raibnya Ata Bupu dan bagi Suku Lio kawah tersebut merupakan tempat bersemayam orang tua. Kemudian, Tiwu ata polo untuk tempat raibnya Ata Polo dan bagi Suku Lio kawah yang biasanya berwarna merah merupakan tempat bersemayamnya arwah orang yang berperilaku buruk, meninggalt idak wajar. Dan, Tiwu Nuwa Muri Koo Fai merupakan kawah di manwa kedua remaja raib dan bagi Suku Lio kawah tersebut menjadi tempat bersemayam arwah bagi muda-mudi.

Wisata Alternantif di seputar Danau Tiga Warna Kelimutu

Pesona Kelimutu tidak hanya terletak pada kawah danau tiga warna. Daya tarik lain adalah keragaman hayati di sekitar danau. Beberapa dari keragaman hayati Kelimutu merupakan flora dan fauna yang langka dan endemik.

Ada sekitar 100 spesies flora tumbuh di dalam kawasan. Ada dua yang endemic yaitu Uta Onga (Begonia kelimutuensis) dan Turuwara (Rhondodenro renschianum). Terdapat 78 jenih pohon yang tumbuh dalam kawasan yang digolongkan ke dalam 36 suku. Fauna edemiknya adalah buru Gerugiwa (Monarch asp) yang dikenal sebagai burung arwah. Burung ini memiliki 11 suara yang berbeda.

Berwisata di Kelimutu tidak sekedar untuk melihat kawah, tetapi juga banyak hal lain yang melengkapi cerita wisata, seperti bangunan persinggahan/istirahat bagi pegawai Belanda dan juga Perekonde sebagai pintu masuk arwah menuju Kawah Kelimtu.

Untuk menambah daya tarik bagi wisatawan sebagai wisata alternative di Kelimutu adalah kebun edelweiss dan stroberi yang dibudidayakan oleh pengelola Taman Nasional Kelimutu. Jaraknya sekitar 2 KM dari lokasi danu kelimutu.

Selain itu, wisata dau kelimutu juga menjadi tempat yang cocok untuk menyaksiskan keindahan mentari yang baru saja terbit. Trekking di pagi buta akan dibayar oleh pesona danau tiga warna dan kemilau mentari pagi dalam balutan kabut tipis dan hawa yang sejuk.

Aksesibilitas Wisata Danau Tiga Warga Kelimutu

Akses menuju Kelimutu dari luar Flores dapat ditempuh dengan penerbangan menuju Ende. Atau, pengunjung juga bisa melalui Maumere. Sementara itu, dari Labuan Bajo ditempuh dengan perjalanan darat sepanjang jalan Negara trans Flores. Pengunjung menuju desa Moni yang tidak jauh dari kawasan konservasi kelimutu. Di desa Moni sudah tersedia banyak penginapan dan pelayanan bagi wisatawan.

Leave a Comment